
Tim peneliti yang di pimpin oleh Laura Jarboe, seorang asisten dari lowa state bio-kimia menyatakan bahwa itu adalah pengubahan bio-oil (juga dikenal sebagai "gula-pirolitik") ke mikroba. E. Coli seharusnya mengubah levoglukosa dalam fraksi gula-kaya bio-oil menjadi etanol dan asam laktat, dan C. Reinhardtii seharusnya mengubah fraksi asetat-kaya menjadi lipid untuk biodiesel.
Bagian itu mendekati penelitian campuran Lowa State yang digunakan untuk menghasilkan generasi berikutnya dari BioFuel. Mereka menggabungkan dua jalur Konvensi-Termokimia dan Bio-Kimia untuk menemukan cara efisien untuk memproduksi bahan bakar baru dan bahan kimia.
"Tujuannya adalah untuk menghasilkan BioFuel Terbaru dan bahan kimia yang secara ekonomi kompetitif dengan proses berbasis minyak bumi", kata Jarboe, asisten dari Lowa State.
Namun demikian, kontaminasi dan racun yang berada di dalam BioFuel akan di dapat saat produksi bahan bakar tersebut. Jarboe dan tim peneliti sedang bereksperimen dengan pra-proses BioFuel yang dapat mengurangi toksisitas. dan mereka bekerja untuk mengembangkan mikroba yang dapat mentolerir kontaminasi.
Selain Jarboe, Tim Peneliti juga termasuk C. Brown, Direktur Biro Pertanian Lowa State Bioeconomic Institute, bersama Anson Marston, Profesor teknik, Gary dan Donna Hoover, ahli Teknik Mesin, Zhiyou Wen, Profesor Ilmu Pangan dan Nutrisi Manusia, Zhianyou Chi, peneliti Pasca-Doktoral dari Lowa State Center di bagian Teknologi Lingkungan, Tao Jin, Mahasiswa Doktoral Teknik Kimia dan Biologi, dan Yi Liang, Mahasiswa Doktoral Ilmu Pangan dan Nutrisi. Proyek di dukung $ 300.000,- dari National Science Foundation dan $ 315.020 dari Lowa Energy Center.
Para Peneliti menggunakan Teknik yang disebut Evolusi-Terarah untuk menghasilkan Mikroba yang lebih toleran terhadap Kontaminasi yang terjadi di dalam Pirolisis BioFuel. Mikroba akan tumbuh dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari BioFuel dan ketika mereka membagi dengan mereplikasi DNA, namun terkadang, akan terjadi kesalahan dalam replikasi yang menyebabkan mutasi.
"Ini akan menjadi kesalahan yang sangat mematikan", ujar Jarboe. "Atau bisa menjadi kesalahan yang membantu mikroba mentolerir senyawa bermasalah dan membuatnya tumbuh lebih cepat", sambungnya.
"Dan pada akhir proses, kami akan mengatakan, "Hei, Aku punya Kutu yang besar",".
Setiap hari para peneliti memeriksa tanda-tanda kemajuan. Sejauh ini, Jarboe mengatakan bakteri dan mikroalga yang berkembang telah mampu mentolerir konsentrasi sedikit lebih tinggi dari BioFuel.
Akhirnya, mutasi menghasilkan keturunan yang lebih baik dari Mikroba, para peneliti akan menganalis data genom mempelajari dan memahami mutasi penting yang akan memungkinkan peneliti untuk menduplikasi mikroba untuk posisi BioFuel yang lebih baik.
Jarboe mengatakan bahwa, Mikroba lapar yang kuat dapat menyebabkan kemajuan dalam memproduksi BioFuel yang berdampak pada proses bio-hibrida terbaru, cepat, murah, dan tidak tergantung pada tanaman pangan sebagai sumber BioMassa.
Artikel dari : http://www.sciencedaily.com/releases/2012/10/121015084649.htm